Postingan

Pelangi Terakhir

Seekor bianglala tumbang usai ditebang petir. Diarak-arak badai menuju senja yang turut membusuk di antara pohon Waru. Anak-anak bertelanjang dada. Lari dari rumah. Mencarii pelangi. Di akar-akar terumbu karang, di got-got sampah, di lidah-lidah kali, di tumpukan jerami, di pintu-pintu terminal, di balik-balik jeruji, di layar-layar tv. Tak seperti biasa, matanya layu, tak lagi bercekikik riang sesediakala kemarin. Katanya, Ibu mereka tak pandai lagi nyanyikan lagu pelangi? Seekor pelangi menggelepar di depan mereka. Menggelepar-gelepar, dihajar para preman dan para tukang pukul. Warnanya berserakan. Dihujung-hujung sayat belati, di serat-serat kayu pentungan, dan di koyakan baju para kesurupan.  Dimana-mana mereka temu bangkai pelangi. Bertumpuk diantara sampah kota. Para bocah menggotong seekor pelangi-sekarat menuju tiang sehelai Merah Putih yang masih setia berkibar, depan balai desa. Berdoa. Lalu memapahnya ke sebuah Pura, bersujud di telapak altar para dewa.  Pelangi mal...

Ritual Obat

Ogung sabangunan menggertak tengah malam ke jantung waktu,  mengusik se-penghuni pohon ara dan jabi-jabi raja-raja adat bermantera di sepenjuru rindang bambu. dengan suara tabas yang menyayat-nyayat menyuruh anjing-anjing bergegas menjemputi arwah-arwah yang manortor dan marembas di bibir pekuburan segala mulut, jelma sarune, persis seirama sungut-sungut. segala jemari, jelma hasapi, gemeretakan. segala jantung, jelma tagading yang menubruk-nubruk. segala nafas, jelma ogung: bertalu-talu menghantarkan mereka mengetoki pintu-pintu jiwa para sumangot yang selama ini sangat tertidur pulas di bawah tumpukan tanah- tanah pemakaman. maka manortor lah batu-batu dalihan natolu mengitari tugu belulang yang dikawal tunggal panaluan, menyembahi delapan mata angin, memohon para penjaga pusuk buhit agar sigale-gale turut marembas dengan mereka. hingga  jemarinya nyaris berpatahan menuntaskan tarian-tarian pangurason. aku manortor di susu dainang yang mangurdot menjunjung bakul berisi doa d...

Reuni Burung Pipit

Gambar
Engkau terpampang lagi di mataku, persis saat senja bertengger di pucuk-pucuk Enau. angin sawah terbedak ranum, di pipimu. Sendu. apa singgah ini cuma sekadar reuni-masam atas waktu yang pernah kita tugal di atas dangau-bambu ini? lantas, kemana saja jejakmu dulu kau sembunyikan saat rok remajamu itu berubah wujud jadi kebaya? jemari waktu ternyata telah tuntas mendandani tubuh-mungilmu  se kerlap-kerlip tao toba, hingga orang-orangan sawah itu pun turut kelimpungan ketika bibirmu rekah merah melebihi  bianglala yang berkubang di atas padi-padi yang mulai kemuning lihat, dangau bertiang tujuh itu, rumbianya telah ku ganti, juga tujuh kali. kini kau ziarahi juga teras kampung berbentuk dusun ini, dan kau temukan langgit-langit sawah pun masih tetap diricuhi cericit burung pipit yang kini telah beranak cucu tujuh kali, dalam abu jerami kesinilah,  serahkan rambutmu ke pangkuan ku, dan tidurlah bersama jemariku: sampai kedua-limpa-batu-kita hancur berkeping-keping, sambil ka...

Stola di Hujung Dermaga

Gambar
"Stola di Hujung Dermaga" Sunyi adalah hantu dan ketakutan. Kesendirian cuma cara satu-satunya menyelamatkan cinta dari luka. * Seperti biasa, tiap Sabtu penghujung minggu di awal bulan, Zora mengisi acara di kawasan pantai itu. Zora namanya. Ia seorang guru seni nan rupawan. Seorang pelatih tari dan musik. Umurnya 29 dan masih gadis. Sore itu Zora tiba di lokasi pertunjukan lebih awal. Masih jam makan siang, Zora tiba dengan mobil putihnya di samping Open Stage sebelah warung. Berbagai kelengkapan seni ia letakkan di meja samping panggung. Zora letih. Zora bersandar di kursi plastik. Ia menoleh sekeliling, dan sesekali melirik jam tangan. Wajahnya sidikit cemas. Pukul 12.30 WIB. Setengah jam setelah kedatangannya, seseorang bergegas merapat ke hadapan Zora menyodorkan tiga seruling bercorak Gorga Batak. "Maaf terlambat, Bunda. Ini seruling pesanan kita dari nada E, G dan A." Ungkap Boris merasa bersalah. "Tidak, Tak apa. Bunda juga baru sampai. Mana rekan lain...

Fenomena Dana Desa dan Momok Kemarau

T AHUN  2017 adalah kalender ketiga ma­­sa pelaksanaan kegiatan pemba­ngun­an yang dibiayai dana desa (DD) di se­penjuru nusantara. Sebuah program baru terobosan pe­me­rintah  pusat yang tergolong cukup be­rani dengan sistim yang terencana se­demikian rupa melalui berbagai per­tim­bangan pemba­hasan pengang­ga­ran­nya. Dana desa, yang dasar pelaksan­aannya mengacu kepada poin ketiga Nawa Cita sang Presiden Jokowi telah banyak mendapat tanggapan positif dari ber­bagai kalangan terutama para peng­huni desa. Sebagai salah satu misi upaya percepatan pembangunan wilayah In­donesia dengan mengedepankan peme­ra­taan   infrastruktur di desa-desa ping­gir­an agar kelak dapat mengejar kete­r­ting­galannya, dana desa diharapkan mam­pu menun­taskan berbagai keluhan yang dialami masyarakat selama ini. Dalam sepanjang proses tahapan pe­laksanaannya, kisah menarik tentang pro­gram dana desa saat ini sedang gen­car-gencarnya “ditonton” dan diteliti oleh berbagai kalangan b...

Timnas Indonesia dan segudang Mimpi Buruk

Gambar
           Timnas Indonesia dan Segudang Mimpi Buruk Dari berbagai cabang yang paling diminati, di dunia ini   sepak  bola   masih merupakan cabang utama yang tampil sebagai barometer kemajuan olah raga suatu negara. Demi bisa tetap menjaga nama besar persepakbolaannya, setiap negara berlomba-lomba membentuk federasi sepak bola nasionalnya yang tangguh dengan berbagai keseriusan baik dibidang organisasi dan pembinaan para pemainnya. Bahkan bagi berbagai negara, yang semenjak parhelatan kejuaraan sepak bola sejak awal yang namanya olimpiade, piala dunia maupun turnamen antar negara sebenua mulai digulirkan, mereka yang sering langganan kontestan hingga semifinalis telah memutuskan perkuatan sistem perekrutan pelatih, pembinaan dan pemilihan pemain Tim Nasional dan keorganisasian sepak bola mereka secara efektif, objektif dan tegas. Sebab bagi mereka Sepak Bola adalah wajah dan harga diri bangsanya. Bagi setiap negara peminat sepak bo...

Metamorfosa Langit

Metamorfosa Langit Tiada jerit di langit tiada. Di rahim begitu hening, tanpa kabut, tanpa badai atau gigil. Tanpa air mata. Sehanya cinta, damai dan gemericik ketuban sehangat dekap malaikat dan nyanyian bidadari yang menggema di ari-ari. Tiada sakit di langit. Tak pun. Sebelum pintu-pintu rahim terluka. Sebelum para bidadari mengoyak-ngoyak bajunya. Sebelum para lelaki cuma bisa termangu menonton para orok menuruni singgasana yang hanya berbungkus darah. Tiada air mata, dan duka sebelum mata terbuka. Sebelum tangisan pecah. Tiada terik di langit. Sebelum para bidadari bangkit dari luka-luka rahimnya Sebelum para bidadari dan para lelaki beranjak menyalakan waktu Menyalakan terik, menyulut purnama menggerayangi siang, dan segala malam Mengajar para bayi mengganti popok sendiri Melatih para bocah menukangi mainan sendiri, Menyuruh para anak remaja menyuci baju sendiri Memberangkatkan para muda-mudi menjelajahi dunia sendiri, mencari langitnya sendiri, Dan lalu memanggil mereka kembali,...