Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2020

Pelangi Terakhir

Seekor bianglala tumbang usai ditebang petir. Diarak-arak badai menuju senja yang turut membusuk di antara pohon Waru. Anak-anak bertelanjang dada. Lari dari rumah. Mencarii pelangi. Di akar-akar terumbu karang, di got-got sampah, di lidah-lidah kali, di tumpukan jerami, di pintu-pintu terminal, di balik-balik jeruji, di layar-layar tv. Tak seperti biasa, matanya layu, tak lagi bercekikik riang sesediakala kemarin. Katanya, Ibu mereka tak pandai lagi nyanyikan lagu pelangi? Seekor pelangi menggelepar di depan mereka. Menggelepar-gelepar, dihajar para preman dan para tukang pukul. Warnanya berserakan. Dihujung-hujung sayat belati, di serat-serat kayu pentungan, dan di koyakan baju para kesurupan.  Dimana-mana mereka temu bangkai pelangi. Bertumpuk diantara sampah kota. Para bocah menggotong seekor pelangi-sekarat menuju tiang sehelai Merah Putih yang masih setia berkibar, depan balai desa. Berdoa. Lalu memapahnya ke sebuah Pura, bersujud di telapak altar para dewa.  Pelangi mal...

Ritual Obat

Ogung sabangunan menggertak tengah malam ke jantung waktu,  mengusik se-penghuni pohon ara dan jabi-jabi raja-raja adat bermantera di sepenjuru rindang bambu. dengan suara tabas yang menyayat-nyayat menyuruh anjing-anjing bergegas menjemputi arwah-arwah yang manortor dan marembas di bibir pekuburan segala mulut, jelma sarune, persis seirama sungut-sungut. segala jemari, jelma hasapi, gemeretakan. segala jantung, jelma tagading yang menubruk-nubruk. segala nafas, jelma ogung: bertalu-talu menghantarkan mereka mengetoki pintu-pintu jiwa para sumangot yang selama ini sangat tertidur pulas di bawah tumpukan tanah- tanah pemakaman. maka manortor lah batu-batu dalihan natolu mengitari tugu belulang yang dikawal tunggal panaluan, menyembahi delapan mata angin, memohon para penjaga pusuk buhit agar sigale-gale turut marembas dengan mereka. hingga  jemarinya nyaris berpatahan menuntaskan tarian-tarian pangurason. aku manortor di susu dainang yang mangurdot menjunjung bakul berisi doa d...

Reuni Burung Pipit

Gambar
Engkau terpampang lagi di mataku, persis saat senja bertengger di pucuk-pucuk Enau. angin sawah terbedak ranum, di pipimu. Sendu. apa singgah ini cuma sekadar reuni-masam atas waktu yang pernah kita tugal di atas dangau-bambu ini? lantas, kemana saja jejakmu dulu kau sembunyikan saat rok remajamu itu berubah wujud jadi kebaya? jemari waktu ternyata telah tuntas mendandani tubuh-mungilmu  se kerlap-kerlip tao toba, hingga orang-orangan sawah itu pun turut kelimpungan ketika bibirmu rekah merah melebihi  bianglala yang berkubang di atas padi-padi yang mulai kemuning lihat, dangau bertiang tujuh itu, rumbianya telah ku ganti, juga tujuh kali. kini kau ziarahi juga teras kampung berbentuk dusun ini, dan kau temukan langgit-langit sawah pun masih tetap diricuhi cericit burung pipit yang kini telah beranak cucu tujuh kali, dalam abu jerami kesinilah,  serahkan rambutmu ke pangkuan ku, dan tidurlah bersama jemariku: sampai kedua-limpa-batu-kita hancur berkeping-keping, sambil ka...